Sejarah Berdirinya Pondok

Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Pondok Modern Al-Ghozali

          Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al-Ghozali berdiri pada tanggal 10 Juli 1981, dengan akta nomor : 10 tanggal 10 Januari 1982, dan terdaftar di Pengadilan Negeri Bogor nomor : 24/198/ A.N.P tanggal 16 Januari 1982. Yayasan ini berlokasi di Desa Curug Rt. 006 / 04, Kecamatan Gunungsindur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Yayasan ini dibangun di atas tanah seluas 9000 m2 (sembilan ribu meter persegi). Pada awalnya tanah itu berasal dari wakaf seorang tokoh masyarakat, yang bernama Haji Nawawi, dengan luas tanah 1500 m2 (seribu limaratus meter persegi).

          Di atas tanah tersebut dibangunlah masjid dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mat’laul Anwar, untuk kepentingan peribadatan dan pendidikan masyarakat Desa Curug. Hasil usaha dari H. Muhammad Ghozali bin H. Nawawi dan keluarganya, yang diberikan amanah untuk mengelola tanah wakaf tersebut sudah berdiri dari 1974 atas wakaf dari salah satu tokoh, bernama bapak Zuhaili yang berasal dari Serang, Banten, tanah yang juga merupakan kepimilikan dari H. Nawawi selaku tokoh setempat. Di kemudian hari dibentuklah sebuah yayasan yang diberi nama “Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al-Ghozali” pada 10 Juli 1981. Setelah struktur organisasi terbentuk maka langkah selanjutnya yang diambil adalah merealisasikan program-program yayasan. Dengan menggunakan dana yang ada maka didirikanlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 1982. 

          Tempat belajar yang digunakan pada saat awal didirikannya SMP adalah ruang belajar Madrasah Ibtidaiyah Mat’laul Anwar. Adapun waktu belajarnya adalah pagi hari digunakan untuk Madrasah Ibtidaiyah dan siang hari digunakan untuk Sekolah Menengah Pertama, lokal yang ada di madrasah pada saat itu adalah 4 buah ruang untuk pembelajaran. Setelah jumlah siswa bertambah banyak maka perpindahaan bangunan dari MI Mat’laul Anwar menjadi gedung SMP dan MI yang saat itu sudah diberikan kuasanya kepada H. Asnawi dan berubah menjadi MI Talalumul Huda. Jumlah siswa keseluruhan pada saat itu adalah sebanyak 233 orang, dengan perincian : 198 siswa siswi Madrasah Ibtidaiyah dan 35 orang siswa siswi Sekolah menengah Pertama. Sedangkan pengajar pada saat itu 6 orang guru untuk Madrasah dan 12 orang untuk guru Sekolah Menengah Pertama.

           Pendidikan formal pertama yang ada di desa Curug ini pada awalnya memang didedikasikan kepada seluruh masyarakat desa Curug dan desa-desa sekitarnya, tanpa memandang suku, ras dan agama. Banyaknya masyarakat nonmuslim yang ada diterima dengan baik di sekolah Al-Ghozali, yang pada dasarnya yayasan ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk seluruh masyarakat umum desa. Jauhnya lembaga pendidikan yang ada menjadikan Al-Ghozali sebagai tujuan untuk menuntut ilmu bagi masyarakat desa Curug, mulai dari yang beragama Islam, Kristen, Katolik dan Tionghoa.     

           Pembelajaran umum diberikan seperti biasa hingga pada tahun 1993 ketika adanya rencana pembuatan pondok pesantren di Al-Ghozali dan sudah mulai banyaknya lembaga pendidikan, para murid nonmuslim meminta untuk tetap bisa menyelesaikan pendidikannya. Hingga saat Al-Ghozali sudah resmi menjadi pondok pesantren masih ada beberapa siswa/siswi nonmuslim yang bersekolah, dengan pakaian yang sopan dan bahkan ada yang menggunakan hijab demi menyelesaikan pendidikannya. Ada juga seorang siswa yang mendapatkan hidayah untuk menjadi seorang muslim dan saat ini masih mengabdikan dirinya sebagai seorang ustad di Al-Ghozali.

          Setelah beberapa tahun berjalan Yayasan Pendidikan Islam merasa cukup kuat dalam bidang pendidikan (SMP), maka pengurus yayasan berusaha untuk terus mengembangkan dan meningkatkan jenis pendidikan yang tadinya hanya formal untuk membangun pendidikan yang bersifat nonformal serta meningkatkan lembaga ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Perencanaan pendidrian pondok pesantren adalah lembaga nonformal yang dimaksud oleh yayasan ini dimulai dari tahun 1993. Diadakannya pesantren kilat dan sitem ngaji kobong atau “santri kalong”, dengan bantuan beberapa mahasiswa KKN dari Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN Jakarta), cara ini adalah bentuk keseriusaan dan usaha yayasan untuk merealisasikan cita-cita besar membangun pondok pesantren. Dengan bantuan salah satu dosen pembimbing mahasiswa KKN tersebut adalah Ustad Amsal Bahtiar (saat ini Prof. Dr. Amsal Bahtiar, M.A menjadi salah satu guru besar Filsafat di UIN Jakarta) yang pada saat itu juga mengajar di SMP Al-Ghozali yang juga teman K.H. Endai saat di pondok dulu.

           10 Juli 1994 akhirnya yayasan mengesahkan dan mendirikan pondok pesantren, dengan perluasan tanah serta pembangunan gedung 2 lantai yang diperuntukkan untuk asrama santri dan ruang belajar mengajar. Setelah berdirinya geduang 2 lantai ini ternyata berpengaruh terhadap minat belajar siswa siswi di pondok pesantren, mulai berdatangannya santri yang berasal dari berbagai daerah itu adalah tanda bahwa pembangunan terhadap insfanstrktur berpengarus pada minat belajar santriwan dan santriwati. Pembangunan bagunan 2 lantai selanjutnya didirikan di dekat sawah yang saat ini menjadi lapangan sepak bola, dibangun dalam rangka memperbanyak ruang kelas dan kamar untuk santri, itu semua dibuat dengan jerih payah K.H Endai yang saat itu sudah menjadi Kepala Desa. Banyaknya peminat juga tidak terlepas dari penambahan tingkat pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas) yang juga berdiri pada tahun yang sama yaitu 1994, sempat tercuat rencana dari pihak yayasan untuk membangun Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) yang saat ini sama dengan Sekolah Menengah Kejurusasn (SMK), akan tetapi sudah dibatasi jumlahnnya oleh pemda Bogor pada saat itu. Rencana itu tercetus karena yayasan ingin membantu masyarakat dalam hal ekonomi, pendidikan dan kesiapaan bekerja pasca sekolah. 

           Selain siswa/siswi yang mukim ada juga siwa/siswi yang pergi pulang yaitu masyarakat Desa Curug maupun desa sekitar. Selain itu juga banyak siswa dan masyarakat yang putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan, pada akhirnya mereka mendapat kesempatan belajar ketingkat yang lebih tinggi (SMA) dengan tanpa dipungut biaya. Hal tersebut tidak lebih karena kepala yayasan yang juga sebagai Kepala Desa dengan i’tikad baiknya hendak mencerdaskan masyarakat, terutama masyarakat Desa Curug. Sementara itu para peseta KKN IAIN Jakarta yang ikut serta dalam proses keberadaan pesantren juga diangkat sebagai tenaga pengajar dan pembina di dalam pondok. Selain itu juga banyak tenaga pengajar yang diambil dari luar daerah Bogor yaitu Jakarta, Tangerang dan sebagainya sebagai tenaga pengajar pembantu. Sedangkan kepengasuhan pondok pesantren dipercayakan kepada Abah Zaenal Abidin Natiwan, alumni Universitas Islam Indonesia (UII – Yogyakarta) yang berasal dari Lampung. Beliau pada ketika itu sedang mengajar di Pondok Pesantren Al Kholidin kemudian diminta langsung oleh K.H Endai Jauhari Firdaus untuk memegang kepengasuhan pondok Al-Ghozali. 

          Kedatangan Abah Zaenal dipondok ini bertahap mulai dari mengisi khutbah di sholat Jum’at, memberi nasihat dan wejangan dalam acara-acara besar Islam hingga mengikuti pembukaan ketika peresmian pondok pesantren pada 10 Juli 1994. Abah Zaenal adalah kiyai dan pengasuh Pondok Modern Al-Ghozali yang diminta langsung oleh K.H. Endai yang dulunya adalah teman di Pondok Darusaalam Gontor. Perjuangan beliau menjadi pengasuh juga tidak mudah, bersama-sama dengan beberapa orang yang diminta bantuannya oleh K.H. Endai untuk menggurus perizinan sekolah dan pondok pesantren salah satu diantarannya adalah Ustad Sunyipto. Ustad Sunyipto adalah salah satu tokoh masyarakat yang juga teman K.H. Endai saat mengajar di salah satu sekolah di daerah Parung, beliau juga yang membantu Abah Zaenal dalam mengurus perizinan ke Bogor maupun Bandung dan juga salah satu orang yang selalu mengguatkan Abah Zaenal di saat ada masalah dalam pengasuhan di pondok Al-Ghozali. Abah Zaenal juga pernah mengajar di beberapa pondok di daerah Jawa Tengah dan Jakarta sebelum mengabdikan dirinya di Pondok Modern Al-Ghozali. 

          Pembangunan demi pembangunan terus berlanjut seiring berjalannya waktu, perjuangan dalam pembangunan sarana prasarana dilaksanakan langsung oleh Abah Zaenal, beliau bukan hanya sebagai mandor yang memerintah para tukang yang bekerja akan tetapi beliau juga ikut dalam bekerja berat saat pembangunan. Pembanguanan sarana prasarana juga dibantu para santri dan asatidz pondok, karena itu adalah salah satu amal jariyah yang bisa didapatkan ketika di dalam pondok. Pondok memiliki beberapa asrama putra di antaranya : Asrama Luqman, Asrama Yunus, Asrama Ibrahim, Asrama Nuh, Asrama Yusuf, dan Asrama Tahfidz. Asrama putri diantaranya: Asrama Maryam, Asrama Aisyah, Asrama Khodijah, Asrama Tahfidz dan Asrama Wakaf serta beberapa bangunan pembantu aktifitas lainnya. 

          Dari tahun ke tahun pembangunan dan pengadaan fasilitas prasarana yang dimiliki oleh yayasan adalah sebagai berikut:

  • 1.Lembaga pendidikan formal mulai dari: Madrasah Ibtida’iyah Ta’alamul Huda (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
  • 2.Lembaga pendidikan nonformal: Taman Pendidikan Al-Qur’an Aullady (TPQ), Lembaga Pendidikan Bahasa Arab-Inggris. Ada juga Lembaga kesenian seperti: Marching Band, Majlis Sholawat dan seni baca Al-Qur’an, Kaligrafi dan musik. Fasilitas olah raga: lapangan sepak bola, lapangan bola basket, GOR bulu tangkis, tenis meja dan lapangan bola voli.
  • 3.Fasilitas fisik yang hingga kini dimilik adalah :
  • a. Ruangan kelas MI Ta’alamul Huda 14 kelas, untuk tingkat menengah pertama (SMP) 22 rombel dan 12 rombel untuk tingkat menengah atas (SMA).
  • b.Asrama untuk putra dan putri.
  • c.Ruang kantor sebagai berikut : kantor kepala sekolah, kantor guru SMP, kantor guru SMA, kantor Tarbiiyatul Mualimi wa Mualimat Islam Al-Ghozali (TMMIA), kantor yayasan, kantor Majils Permusyawarahan Santri (MPS), kantor (YPPWPMA), kantor OSIS dan kantor Tata Usaha (TU).
  • d.Ruang Laboratorium sebagai berikut: Laboratorium Kimia dan fisika, Laboratorium komputer dan Laboratorium bahasa.
  • e.Pepustkaan
  • f.Masjid
  • g.Kompleks permukiman guru dan pembina.
  • h.Dapur umum dan kantin.
  • a.Gudang

Semua itu akan terus dikembangangkan dan diadakan peremajaan demi tercapainya kualitas yang lebih baik dari berbagai bidang agar menghasilkan generasi yang mumpuni dalam bidangnya masing-masing, berdaya guna, berakhalkul karimah, religius dan nasionalis.